1- ﺍﻟْﻤَﻔَﺎﻫِﻴْﻢُ ﺍﻟﺮُّﻭْﺣِﻴَّﺔُ
-2 ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺍﻟﺘَّﻌَﺒُّﺪِﻳَّﺔُ
ta’abbudiyah .
Kekuatan ruhiyah dibentuk oleh pemahaman ruhiyah di satu sisi dan di sisi lain oleh amalan-amalan.
wasail/a’mal tarbiyah ruhiyah terfokus pada tiga hal yaitu tilawatul quran, shalat, dan dzikir.
Yang kedua, memperbanyak waktu untuk
tilawah ta-ammuliyah dengan melakukan pendekatan berbasis tematik, kita mulai membaca Quran dengan pendekatan ta-ammul (perenungan mendalam), dan mencoba melakukan istilham (mencari ilham/inspirasi) dari Al-Quran ini. Kita mencoba berimajinasi seperti dahulu Muhammad Iqbal dan Hasan Al-Banna melakukannya. Waktu beliau membaca Al-Quran, orang tuanya bertanya, “Apa yang kamu baca?” Saya sedang membaca Al-Quran. Lalu orang tuanya mengatakan, “Bacalah Al-Quran itu seolah-olah ia diturunkan kepadamu.” Karena Al-Quran ini diturunkan pada fase yang lama, tidak sekaligus, oleh karena itu unsur momentum menjadi penting dalam memahaminya. Dan momentum-momentum itu diciptakan oleh Allah berulang dalam kehidupan manusia sehingga kemungkinan kita melakukan qiyas (analogi) kepada momentum-momentum itu sangat banyak walaupun tidak persis sama kejadiannya, tetapi kita tetap bisa mendapatkan ilham dari situ, karena Al-Quran dating dengan kaidah-kaidah umum dan tidak tergantung kepada kekhususan sebab peristiwa turunnya. Kaidahnya adalah:
Konteks turunnya penting untuk memberikan ilham dalam menemukan kesamaan, tetapi ibrahnya tetap berlaku umum. Surat-surat Al-Quran itu memiliki kedekatan-kedekatan antara satu dengan lainnya. Seperti surat Al-Anfal, At-Taubah, Muhammad dan Al-Fath adalah surat-surat jihad dari sisi tema suratnya.
Contoh lain adalah ketika kita memperhatkan kata al-makr (makar) di dalam Al-Quran, maka ayat-ayatnya menjelaskan bagaimana konstruksi konseptual dari makar itu dalam tinjauan Al-Quran. Salah satu yang menarik bahwa semua makar yang disebutkan dalam Al-Quran selalu dihubungkan dengan sifat Allah yang terkait dengan al-qudrah (Kemahakuasaan Allah) dan selalu diletakkan dalam konteks al-qadha wal qadar , supaya kita membaca tentang makar manusia sehebat apapun, tetapi kendali alam semesta ini tetaplah dalam kekuasaan Allah:
Begitu juga ayat-ayat yang terkait dengan fakta-fakta alam raya, seperti angin yang dijelaskan sebagai salah satu tentara Allah, oleh karena itu sains tidak pernah punya ilmu pasti tentang arah angin, tetapi selalu perkiraan, karena Allahlah yang yusharrifuhu (mengarahkannya) sekehendak-Nya. Bahwa setiap benda ada malaikat yang mengurusnya, waktu kita naik pesawat melalui turbulence, ada malaikat yang khusus mengatur akan dibawa ke mana angin itu.
Pembacaan dan perenungan seperti ini akan meningkatkan penghayatan kita dan dengan sendirinya akan memberikan kepada kita pencerahan ruhiyah, terutama saat kita menghadapi begitu banyak syubuhat (hal-hal yang kabur), atau berhadapan dengan keadaan kritis. Efek dari penghayatan itu akan muncul di saat-saat seperti itu. Dialah yang memberikan kita kepastian, dialah yang juga memberikan kita keteguhan.
Kita harus rajin membaca kitab tafsir yang alhamdulillah beberapa referensi utamanya sudah diterjemahkan karena gerakan terjemah selama 20 tahun ini luar biasa kemajuannya.
Yang faraidh (wajib) harus berusaha melaksanakannya berjamaah di masjid atau di kantor atau di perjalanan, agar kita mendapat penggandaan pahala dan keutamaannya. Lalu berusaha menjaga 10 rakaat yang rawatib tadi dan selalu kita menjadikannya sebagai standar.
Yang penting dari ibadah-ibadah ini adalah al-muwazhabah (kesinambungan). Jika kita belum kuat shalat qiyam dengan waktu dan bacaan yang lama, lakukanlah terus-menerus meski dengan surat-surat pendek. Nanti secara perlahan-lahan pasti akan menemukan kekuatan-kekuatan baru untuk melakukannya lebih lama. Kalau kita tidak bisa melakukan 11 rakaat, witirnya kita tambah dari 3 menjadi 5 rakaat, naik menjadi 7 dan seterusnya. Sekali lagi yang penting adalah kesinambungan. Insya Allah kalau kita melaksanakan tilawah dan shalat secara berkesinambungan seperti ini kita akan mempunyai tingkat stabilitas ruhiyah yang bagus.
Sebenarnya dzikir adalah tools untuk menjaga ingatan kita kepada tujuan akhir. Kalau
wazhifah kubra ( al-ma’tsurat) adalah ijtihad Imam Syahid Hasan Al-Banna mengumpulkan doa-doa yang bertebaran dari sekian banyak hadits dikumpulkan jadi satu dan dianjurkan untuk dibaca pagi dan petang.
Inilah tiga sarana utama tarbiyah ruhiyah untuk memberikan energi yang cukup dalam memikul beban dan energi untuk melawan musuh Allah.
Redaktur: Samin Barkah, Lc., ME